Rabu, 10 Desember 2008

episode hujan



aku mencintai hujan sampai ia mencampakkan ku
di suatu hari yang nglangut
tak tik nya masih bergaung dalam gigil ku yang terus memanggil

ku dengar ia bertandang kekotamu
menjelmakan orang orang menjadi kanak kanak
menerbangkankan payung payung
hingga jalan jalan tak pernah sepi
dari titik titik air yang pandai menari
dan kaupun ikut basah

lalu ia mulai bersiasat
menyihir orang orang untuk menangkapi guguran daun
dalam tawa yang lepas dalam pelukan rintik yang riang
mereka menganggap hujan sebagai berkah dari para malaikat

di kotamu hujan telah membuat orang orang terpesona
menjinjing hidup menjadi lebih ringan

aku ingin kesana menyaksikan hujan itu turun
rintik rintik
sebaris demi sebaris
bagai sebuah arsiran yang tak teratur
tapi kenangan yang berpapasan membuatku ngilu
dalam pertanyaan pertanyaan cengeng
"kenapa kau tinggalkan kota ku?"
lihat pekuburan tua itu kembali kering dan ranggas
aku rindu bercengkrama denganmu
tentang kematian yang datang pelan pelan
seperti gerimis di pojok bibirnya
seperti hujan yang kan menyapu semua dan tak bersisa

aku rindu bercakap denganmu
di bawah titik air dan memberat
dalam bayang kematian dan malaikat yang tak ramah
sementara kau dan tak tik mu masih saja terus berlarian bagai bocah

Tidak ada komentar: