Selasa, 19 Mei 2009

sebuah sajak yang tak tahu bahwa dirinya bukan sajak yang bagus

aku berharap ia pergi
dan ia benarbenar meninggalkanku

akan kutaruh mana rasa ini
kian bertumpuk bersekongkol membunuh diriku

jangan lagulagu pop lagi jangan aku memohon matikan tv itu matikan
beri aku sore warna jingga bercampur biru kuning dan hitam
beri aku rasa dingin yang menjalar
beri aku kesendirian tapi bukan sepi
yang mematikan waktu
yang menggeretgeret ingatan masa lalu
yang tidak peduli dengan kehilangan

bila ia datang dan memberiku kabar yang sebenarnya
bila ia datang dan menyadarkanku untuk berpijak di tempat yang seharusnya
tak seharusnya membuatku cengeng lagi

membaca kalimatkalimatmu yang tergesa tak terselesaikan
membuatku tak pernah menyelesaikan diriku
beri aku buku beri aku buku yang maha luas yang tak kan pernah habis aku baca berabadabad
mungkin disana akan kuhabiskan waktu untuk mengerti dirimu

Senin, 11 Mei 2009

aku bertanya seolaholah ada jam tangan di pergelangan tangan mu

ah ternyata waktu tak sampaisampai
kau akan mudah sekali untuk mati
terbungkukbungkuk menahan laju jaman yang ternyata keropos
dan tumbang oleh pikiranpikiran mu sendiri
akan menjerumuskan anganangan menjadikan jam tangan sebagai tuhan

jadi kau masih setia pada janji
tak ada lagi yang suci dibawah matahari
tak ada lagi katakata yang pantas didengar

atau kita ke pantai saja membunuh sepisepi
membunuh diri kita sendiri dengan saling tikam
sampai kita coklat tua dan pikun

lalu aku akan bertanya tentang jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganmu
adakah ia menuntun waktu adakah ia isyarat bagimu untuk senantiasa bergegas
adakah ia ingataningatan lawas adakah ia pertanyaanpertanyaan yang tak terjawab

(ini samasekali bukan soal cinta
hanya kesempatan yang lepas dan tak kembali )

boleh kau tulis dilembar akhir bukumu
ia berjalan ketika sore hari ketika kau sedang menanti matahari yang tenggelam dan ia mengotori pandanganmu disanalah kau melepaskan diri untuk memunguti senja demi senja
ketika kau sadar ia tak pernah kembali lagi dalam dirimu

disitulah aku berharap mati bersamamu dengan sedikit getir sungguh

Kamis, 07 Mei 2009

ceritacerita sedih sepasang pengantin

ia ingin membagi ceritacerita tentang pasangan pengantin yang didengarnya
mungkin kau pernah mendengar nya juga atau janganjangan itu dirimu
yang membungkukbungkuk merangkai ceritacerita itu dengan seksama

i
sepasang mempelai itu kini menjelma kanak kanak
dan berhujan hujan semalaman
tapi waktu menjadikan kenangan itu akan berkepingkeping
luruh dalam titiktitik air ketika ia meledakkan kekasihnya dalam hujan
dan menggelontorkannya ke laut dengan sedikit senyum yang canggung

ii
ia mencintai kekasihnya karena cinta kini dijajakan sangat murah
mereka berjalan bergandengan dalam sore yang hujan
sisasisa tawa nya berceceran dilumpur yang basah
mengingatkan untuk segera pulang dan bergumul
setelah waktu yang dirasakan cukup mengecoh
ia membenamkan dirinya dalam malammalam yang gagal
berceloteh tentang pernikahannya yang penuh cacat dan airmata

iii
ia memeluk pengantinnya dan tak mau melepaskan
beberapa waktu kemudian ia peluk istrinya yang terlihat cerewet
yang terlihat tak proporsional
untuk cepatcepat melepaskan nyawanya

iv
dikecupnya kening istrinya itu penuh perasaan
tapi waktu gampang menyerah
diipalunya kening istrinya itu tanpa perasaan

v
pengantin wanita itu merasa menjadi serangga yang ringan melayanglayang
ketika suaminya menggendongnya masuk kepelaminan
dan waktu menjadikannya ia ratu serangga yang memakan kepala pasangannya
membiayai hidupnya yang semrawut

vi
dibiarkan cinta suaminya itu meruah dan ia mewadahinya tekun
“surga hanya permainan sebentar” bergumam pasrahnya
pagi ketika suaminya pergi ia memerankan surga bagi yang lain