Senin, 28 November 2011


apakah di kotamu masih turun hujan
apakah laut disana masih selalu memanggilmanggil
apakah rimbun dedaunan di belakang rumahmu masih penuh burungburung

yang berpasangan
yang terbang susulmenyusul
yang melantun sautmenyahut bergantian

aku masih membenci kotamu
dan mengutuk orangorang didalamnya
tapi tidak untukmu juga percakapan kita
tentang keliaranmu bertutur
tentang angananganmu yang memantulmantul dilangit kotamu
tentang bumi yang menurutmu sudah lelah menahan beban kita
lalu januari,
seperti kawan lama akan datang berkunjung
kita tibatiba merasa tua dan membosankan
atau kau sudah tidak bisa membuatku tertawa

ceritakan padaku tentang sebuah pulau
yang dijaga laut
katamu konon aku pernah tersesat di dalamnya
lalu kau datang, menyamar sebagai raksasa

tapi itu terlalu tragis
aku ingin hidup yang entengenteng saja
tertawa dalam sinetron juga dalam lagulagu pop

tapi ini hanyalah katakata
yang berangkat menua
yang sebentar lagi ditinggalkan

lalu diamdiam kita akan sendiri gemetar
mulai mengutuk semua orang, kotakota kenangan,
waktu yang berlarian menyeretnyeretmu

lalu aku akan kembali bertanya
tentang cuaca di kotamu
kabar samudra yang mengelilingi pulau mu
perdu disamping rumah juga burungburung yang jinak itu

dengan tawar
dengan pahit
dengan rasa yang dingin

Rabu, 05 Januari 2011

sepasang mata senja


sepasang mata senja

seperti janjinya senja itu datang tepat waktu
dibatas kota kita akan bertemu berdekapan seperti sepasang kekasih
mata memandang mata mengukur jarak
dan hampirhampir aku tidak mengenalmu
aku kini kusam kehilangan warna kau bungkuk dan pikun
(atau dapat kita balik bila kau menginginkannya)

kau terus bergumam tentang orangorang yang tak lagi kau kenal
aku bersenandung saja tentang"hampir malam di yogya" sampai lelah dan

mengantuk

penyair itu tergagap dari mimpi
masih sayup didengarnya penggal sebuah lagu
"lindungi aku pahlawan dari pada sang angkara murka"
bergegas ia ingin menulis puisi tentang sebuah kota tanpa menggunakan

kata kenangan dan namanama lalu menghapus semua ingataningatan







**********************







nawangwulan

dia memandang dari tubir wajah yang pernah dikenal
jauh hari mungkin berpapasan di sebuah cermin dengan pigura kayu yang

pernah dilihatnya di toko barang antik

yang berpendar dikedalaman itu menyadarkannya akan hijau memanjang

bergelombang dari sebuah lingkaran yang menawan
juga rimbun pakupakuan dan bermacam insekta

beri aku cinta beri aku cinta
ia menyebutkan permintaan sebuah koin yang kelak dilempar pada

kembarannya


sepi memunguti nasib
ia membuka baju berjalan menenggelamkan diri dalam lumut ganggang ikan

kecebong dan katak menunggu sampai engkau tiba