Rabu, 18 April 2012

bercerita nenek tentang pintu




bercerita nenek tentang pintu
yang tak pernah dia buka
yang berkarat dalam darahku
yang menanyakan asal usul ibu anak dari nenekku
yang kini pikun mencari kunci
atas jawaban pertanyaanpertanyaan
dari dunia yang hendak ditinggalkan
membuka perlahan
dengan derit yang tertahan
dari ribuan waktu yang malas enggan berjalan

pintu itu masih terbuka sejak adam membukanya
nenek menganggapnya demikian
menunggu engkau datang
mengundang mu  ketika kau tenggelam dalam jam yang jemu

saudara nenekku pernah kesana dan tak lagi bisa bersua
kakek hanya meninggalkan
linangan air mata

pintu itu setia menunggumu
menjanjikan tempat untuk bersuka
yang kini belum diinginkannya
nenek  masih ingin menatap kau tumbuh
mengotori dan mencoretcoret hati
menunggu kanvas mu menjadi putih kembali

berpesan nenek padamu
jangan engkau kesana
sebelum menanam bungabunga
mesti terlihat angkuh
ia selalu terbuka untuk kau datangi
dengan waspada
seperti ular yang mengggoda adam 
ia kerap membisikkan beratnya memanggul waktu
dihari hari tua dengan tubuh yang menyusut
juga kesehatan yang buruk

kadang pintu itu seolah melambai
memanggilmanggil seperti suara ibunya ketika kecil
menggigilkan darahmu
membangkitkan romantisme
dalam melodrama
dalam tragika
yang menutup membuka aliran leher dan kepala
dalam urat kelamin
kita bersandiwara
bermain gelap terang
ketika kau terpejam dalam ambang keterjagaan

pintu nenek selalu terbuka menerima kedatanganmu
dalam rasa bosan atas kesiasiaan waktu yang terus berpurapura