Selasa, 16 Februari 2010

“ Aku boneka engkau boneka
penghibur dalang mengatur tembang”


aku membencimu seperti membenci diriku
seseorang yang hilang dalam pikiranpikiran instan
sayaplah yang membuat burung terbang
dan katakata mu ingin mengepakkepak bertengger dari puisi ke puisi
mampir dan mengetuk dirimu yang sedang sepi
ayolah sesekali kita mengahancurkan diri dan tertawa abadi di dalam hurufhuruf yang melawanmu seharihari
“meski terlanjur revolusi?” tanyamu “mengapa lamban dan perlahan” bantahku
ini hanya sekumpulan kata yang bocor dan ingin diperhatikan
tatap baikbaik penyair itu yang berjumpalitan yang mencoba tidak tenggelam
“berikan nafas buatan, berikan nafas buatan, untukku”
sosok pemintaminta tak kenal akan diri sendiri seseorang yang ingin jenius tapi tak sampaisampai dan tampak tolol dipinggiran jaman dan terus meminta keabadian
ini hanyalah pasar
ini hanyalah iklan
ini hanyalah soal citra diri yang diperjualbelikan lewat katakata
lalu kau sebut dengan tergesa ini puisi yang membenci dirinya sendiri

Selasa, 09 Februari 2010

untuk kita para pembaca puisi

aku membeli dirimu di toko buku harum aroma kertas membuatku ngantuk
kita kencan bersama seharian dalam melodrama novel percintaan
aku merasa pedih lalu kemudian diam
aku terbangun dan tergagap dikerumunan katakata yang menguap katakata yang mengantuk katakata yang berangkat tidur
segerombolan katakata yang lain telah berangkat
ada yang sedih dan merasa terkutuk ada yang riang melompatlompat ada yang meringkuk dan bungkuk
mereka terlihat lelah berdansa katakata membongkarpasang mencocokcocokkan nada dan irama “aku remuk “ desisnya menggerutu pada sang sutradara
tapi penyair itu tak pernah datang pada janjijanji
lalu kita menguburkannya dengan layak dan diamdiam
sampai waktu menjadi kumal dalam diri kita pembacapembaca puisi yang tak setia
dan kau lihat seseorang yang pergi sedikit terluka