aku ingin menangkap hewan yang selalu mengendapendap di wajahmu mungkin ia tersesat disana setelah seharian kau membaca ceritacerita lama aku heran kau makin mirip saja dengannya dan ia makin mirip denganmu mungkin ia kembaranmu atau kau mungkin kembarannya yang terpisah dari kocokan takdir kelahiran kematian hutan gelap dan airmata
mengapa kau selalu megincarku dalam tatapan keabadian seorang pemburu yang gelisah seorang pemanah yang canggung dalam katakata membidik dengan tajam tatap mata terluka yang diperoleh di masa lalu saat kaumku menjadi raja mungkin ia masih luka mungkin ia masih berduka sepasang kijang membawa lari istrinya dan tak ditemukannya sampai kini dan ia ingin membunuh semua hewan yang ditemuinya
hewan yang berdiri di depannya itu semakin pintar mengkamulflasekan diri menjelma putra menjelma putri menjelma dirimu menjelma dirinya sendiri pemanah itu pun putus asa ia ingin memanah apa yang tak dapat dijangkaunya
Selasa, 30 Desember 2008
Senin, 22 Desember 2008
nawangwulan v
: he he
aku ingin mengenang mu sebagai peri yang datang pada suatu malam
mewartakan beritaberita ganjil pada sabtu sore pada jamjam yang lelah atau aku sedang berpikir dirimu nawangwulan dan kau ingin mandi di sebuah telaga tapi hanya ada plaza di sini ayolah kita menenggelamkan diri di sana sampai larut dan mabuk cahaya
tak ada yang ingin kucuri dari mu tak ada
kesiasiaan kanak mu yang telah ranggas atau kau ingin menjelma dewi di mimpimu sendiri dalam derai tawaku yang tak habishabis dan aku ingin mengecupmu dalam naungan malaikatmalaikat biru yang najis sambil mengenang usia yang tanggal satusatu
selendang mu terpuruk disana dan tak ada yang ingin menyentuh
mungkin akan kau kabarkan pada semua orang aku telah mencuri selendangmu melecehkan wajah imutmu memperkosa harihari mu mungkin juga aku tak akan kau kenang seperti waktu yang berguguran dalam jamjam penantian letih dan bosan tapi kadang aku akan mengenang dirimu sebagai malaikat yang buruk rupa dan bodoh
aku ingin mengenang mu sebagai peri yang datang pada suatu malam
mewartakan beritaberita ganjil pada sabtu sore pada jamjam yang lelah atau aku sedang berpikir dirimu nawangwulan dan kau ingin mandi di sebuah telaga tapi hanya ada plaza di sini ayolah kita menenggelamkan diri di sana sampai larut dan mabuk cahaya
tak ada yang ingin kucuri dari mu tak ada
kesiasiaan kanak mu yang telah ranggas atau kau ingin menjelma dewi di mimpimu sendiri dalam derai tawaku yang tak habishabis dan aku ingin mengecupmu dalam naungan malaikatmalaikat biru yang najis sambil mengenang usia yang tanggal satusatu
selendang mu terpuruk disana dan tak ada yang ingin menyentuh
mungkin akan kau kabarkan pada semua orang aku telah mencuri selendangmu melecehkan wajah imutmu memperkosa harihari mu mungkin juga aku tak akan kau kenang seperti waktu yang berguguran dalam jamjam penantian letih dan bosan tapi kadang aku akan mengenang dirimu sebagai malaikat yang buruk rupa dan bodoh
Kamis, 18 Desember 2008
episode hujan vii
ia ingin mengganti semua kata hujan dalam sajaksajaknya dengan macan atau binatang buas lain dan memutuskan untuk mendaki gunung untuk mengejar dan membunuhnya
2008
2008
Rabu, 17 Desember 2008
episode hujan vi
ia ingin meledakkan tubuh kekasihnya dalam hujan
dan membiarkan serpihan serpihan nya larut
mengalir di antara kakikakinya yang telanjang
kemudian ia merasa tubuhnya sangat ringin dan dihinggapi kesepian yang akut sungguh
dan membiarkan serpihan serpihan nya larut
mengalir di antara kakikakinya yang telanjang
kemudian ia merasa tubuhnya sangat ringin dan dihinggapi kesepian yang akut sungguh
Minggu, 14 Desember 2008
episode hujan v
"kuyupkan aku kekasih" pinta perempuan itu manja
lalu hujanpun mengamuk di tubuh lelaki yang tak pandai berdusta itu
ada jeda ia pun mereda tapi anakanak yang berlarian dalam tubuhnya belum kembali mungkin tersesat di tubuh kekasihnya berhujan hujan dan tak ingin bersamanya lagi
saat senja ia merasa sangat lelah dan sedikit kehilangan
lalu hujanpun mengamuk di tubuh lelaki yang tak pandai berdusta itu
ada jeda ia pun mereda tapi anakanak yang berlarian dalam tubuhnya belum kembali mungkin tersesat di tubuh kekasihnya berhujan hujan dan tak ingin bersamanya lagi
saat senja ia merasa sangat lelah dan sedikit kehilangan
Sabtu, 13 Desember 2008
episode hujan iv
setelah berdamai dengan dirinya ia ingin menggambar hujan yang turun di dalam tubuhnya sendiri hujan tanpa musim yang berpancaran dalam demam memenuhi urat urat nadi dan bergaung dalam otak kadang menjelma katakata murung dan sendiri
kekasihnya tak pernah tahu bahwa dalam dirinya mengeram berjuta titik air kecuali sewaktu lelehan itu pelan menetes dari sudut mata sebelum sempat ia menghapus dengan lelucon konyol tentang kelamin yang bisa berjalanjalan di waktu hujan dan ia menawarkan payung
kekasihnya tertawa dan ia meringis
beribu anakanak masih berlari berhujanhujan dalam dirinya berjejalan melompatlompat
lalu ia warnai hujan itu merah seperti darah yang berpancaran dari leher yang disembelih dan ia memandang dengan bahagia
kekasihnya tak pernah tahu bahwa dalam dirinya mengeram berjuta titik air kecuali sewaktu lelehan itu pelan menetes dari sudut mata sebelum sempat ia menghapus dengan lelucon konyol tentang kelamin yang bisa berjalanjalan di waktu hujan dan ia menawarkan payung
kekasihnya tertawa dan ia meringis
beribu anakanak masih berlari berhujanhujan dalam dirinya berjejalan melompatlompat
lalu ia warnai hujan itu merah seperti darah yang berpancaran dari leher yang disembelih dan ia memandang dengan bahagia
Jumat, 12 Desember 2008
episode hujan iii
di setiap desember ia merasa hujan selalu mengendap
mengintipnya ketika pelan ia menyobek kalender
membayangkan tahun baru dengan terompet yang melengking sendiri
yang selalu membuatnya merasa tua dan lusuh
ia akan semakin sebal ketika hujan mengetukngetuk jendela kamar
mengajaknya tamasya kenegerinegeri yang jauh
seperti apa yang diinginkan semasa kanakkanak
tapi ia ingin berdamai saja dengan hujan
mengakhiri tahun ini dengan berbuat baik
seperti perintah tuhan
dendam lama itu dihapus dibiarkannya titik air itu membasahi tubuh
membasahi celana baju dan sepatu
sendiri dan agak sedih melangkah
menyusur sepanjang loronglorong kota
Kamis, 11 Desember 2008
episode hujan ii

sosok yang bersujud di balik kabut
tak memperhatikan seseorang yang mengintip di balik korden
yang mengepalkan tangannya ke udara
tak terbaca pula gerak bibir nya
yang mengulangulang meneriakan makian
hujan jahanam!
seseorang telah mencurahkan semuanya dalam tak tik nya
dan murung ini akan menangis seharian
meski dia tak ingkar janji
sebab dia tak pernah berjanji
bersujud dan meringkuk semakin dalam
menyatu dengan tanah yang basah
jangan jangan ia hanya ranting ranting
jangan jangan ia hanya daun daun
yang memberat karena tetes hujan dan kabut memalsukan pandangan nya
Rabu, 10 Desember 2008
episode hujan
aku mencintai hujan sampai ia mencampakkan ku
di suatu hari yang nglangut
tak tik nya masih bergaung dalam gigil ku yang terus memanggil
ku dengar ia bertandang kekotamu
menjelmakan orang orang menjadi kanak kanak
menerbangkankan payung payung
hingga jalan jalan tak pernah sepi
dari titik titik air yang pandai menari
dan kaupun ikut basah
lalu ia mulai bersiasat
menyihir orang orang untuk menangkapi guguran daun
dalam tawa yang lepas dalam pelukan rintik yang riang
mereka menganggap hujan sebagai berkah dari para malaikat
di kotamu hujan telah membuat orang orang terpesona
menjinjing hidup menjadi lebih ringan
aku ingin kesana menyaksikan hujan itu turun
rintik rintik
sebaris demi sebaris
bagai sebuah arsiran yang tak teratur
tapi kenangan yang berpapasan membuatku ngilu
dalam pertanyaan pertanyaan cengeng
"kenapa kau tinggalkan kota ku?"
lihat pekuburan tua itu kembali kering dan ranggas
aku rindu bercengkrama denganmu
tentang kematian yang datang pelan pelan
seperti gerimis di pojok bibirnya
seperti hujan yang kan menyapu semua dan tak bersisa
aku rindu bercakap denganmu
di bawah titik air dan memberat
dalam bayang kematian dan malaikat yang tak ramah
sementara kau dan tak tik mu masih saja terus berlarian bagai bocah
Selasa, 09 Desember 2008
gerimis suatu pagi
harusnya ia tak datang mengunjungiku sepagi ini
alangkah rajinnnya
guguran gerimis tipis tipis dalam arsiran tak putus putus
tak pernah bosan
di halaman angin pun mati
tak ada teriakan anak anak
waktu ditarik dan digelar kusus
dalam tak tik tak tik nya yang berkejaran
membasahi jalan
membasahi daunan
mendinginkan suasana
"mana giliranku?"
seseorang berteriak ketika enggan gerimis mampir di hati
ia merasa diperlakukan tak adil harus selalu menyembahnya
sedang rintik rintik itu terus bermain main
di awal desember
mencibir kemurungannya
alangkah rajinnnya
guguran gerimis tipis tipis dalam arsiran tak putus putus
tak pernah bosan
di halaman angin pun mati
tak ada teriakan anak anak
waktu ditarik dan digelar kusus
dalam tak tik tak tik nya yang berkejaran
membasahi jalan
membasahi daunan
mendinginkan suasana
"mana giliranku?"
seseorang berteriak ketika enggan gerimis mampir di hati
ia merasa diperlakukan tak adil harus selalu menyembahnya
sedang rintik rintik itu terus bermain main
di awal desember
mencibir kemurungannya
Senin, 08 Desember 2008
gerimis suatu malam
gerimis itu menghardik pengendara yang sendiri
"cepatlah sampai, aku bosan menemanimu
lelaki yang tak pernah belajar arti kesetiaan"
tapi titik air dan lampu lampu memburamkan pandangan
"tak lelahkah kau yang terus membuntuti
menjebakku dalam malam malam birahi?"
lalu ia menanggalkan jubah malamnya di sepanjang gejayan
sedang gerimis masih saja cerewet
menampar nampar muka pengendara itu
"cepatlah sampai, aku bosan menemanimu
lelaki yang tak pernah belajar arti kesetiaan"
tapi titik air dan lampu lampu memburamkan pandangan
"tak lelahkah kau yang terus membuntuti
menjebakku dalam malam malam birahi?"
lalu ia menanggalkan jubah malamnya di sepanjang gejayan
sedang gerimis masih saja cerewet
menampar nampar muka pengendara itu
Sabtu, 06 Desember 2008
ia yang teringat lagu pada masa kecilnya

seorang teman lama, datang tak mengetuk langsung duduk di ruang tamu
berpose dan memeragakan wajah masa kecilnya
kelakuannya itu membuatku tertawa di hari sabtu yang sendiri
“ibu guru kita dulu itu membuatku selalu muda” katanya
ia mendesah melagukan lagu lagu
tentang sesuatu yang tak masuk akal
tentang sesuatu yang menyesatkan
dimasa kanaknya
aku tersenyum mengerti mengapa ia teringat lagu masa kecilnya
kekasihnya seperti balon yang rupa rupa warnanya
hobinya seperti kakak tua yang tekdung tekdung tralala
dan ia gunakan dalih pelangi yang ciptaan tuhan bagi kelakuannya
memandang wajahnya hanya mengingatkanku tentang syair lagu pada masa kecilku
: heli kemari ayo lari lari
Jumat, 05 Desember 2008
kepada penyair
aku tak bisa mencintaimu karena aku teramat sederhana
mari kita berbincang tentang tikaman tikaman waktu
usia telah menjebakku dalam kata kata
cinta yang pergi
unggas yang berkeliaran bebas
ramalan cuaca
atau bus yang menuju kotamu
sebuah tempat yang mengutukku menjadi arca yang redup
mengingatkanku tentang cd bajakan di 1997
yang terlalu letih berputar berputar berjalan
menatap petani petani yang bergegas di antara kabut
dan tak mau lagi mampir di puisimu yang tak lagi sederhana
des 2008
mari kita berbincang tentang tikaman tikaman waktu
usia telah menjebakku dalam kata kata
cinta yang pergi
unggas yang berkeliaran bebas
ramalan cuaca
atau bus yang menuju kotamu
sebuah tempat yang mengutukku menjadi arca yang redup
mengingatkanku tentang cd bajakan di 1997
yang terlalu letih berputar berputar berjalan
menatap petani petani yang bergegas di antara kabut
dan tak mau lagi mampir di puisimu yang tak lagi sederhana
des 2008
Kamis, 04 Desember 2008
puisi itu kini mengembara
aku bangun dari tidur dan menuju kamar ibu
sebuah kursi roda di pojok muram sendiri
terbacalah puisi yang layu
jika kemudian mimpi mimpi ibuku adalah juga mimpi mimpi ku
damailah engkau di sana
akan kudamaikan diriku
kata yang rontok sayap sayapnya
kata yang membeku dalam kamus
kata yang tak jadi mengembara
menciptakan arti sebatang kara sendiri
di potret wajah tua mu di dinding
seperti hendak pamit untuk berkelana
mungkin telah sampai
mungkin sama seperti kita
bercakap cakap sendiri tentang kata kata
bertanya dan menjawab sendiri
dalam permainan sirkus abadi
aku kau dan mereka adalah pemeran
yang tak habis mengembara
yang tak habis mengucap kata kata
kemudian kematian datang lagi
terbanglah tinggi jika tak lelah
pergilah jauh jika tak rapuh
kini aku menjadi puisi yang tak hendak bersua
menggedor dan membanting pintu pintu
yang kita masuki satu satu
mencari penyair yang lelah
mencari pengembara kata kata
dan takluk di sana
sebuah dunia yang asing untuk di lakoni
membezuk diri
melayat diri sendiri
dalam keacuhan tanpa syak wasangka
tumbuhkan itu di sayap sayapku
seseorang yang tergesa dari tidur
tenggelam dan berjalan dalam murung kata
desember 2008
sebuah kursi roda di pojok muram sendiri
terbacalah puisi yang layu
jika kemudian mimpi mimpi ibuku adalah juga mimpi mimpi ku
damailah engkau di sana
akan kudamaikan diriku
kata yang rontok sayap sayapnya
kata yang membeku dalam kamus
kata yang tak jadi mengembara
menciptakan arti sebatang kara sendiri
di potret wajah tua mu di dinding
seperti hendak pamit untuk berkelana
mungkin telah sampai
mungkin sama seperti kita
bercakap cakap sendiri tentang kata kata
bertanya dan menjawab sendiri
dalam permainan sirkus abadi
aku kau dan mereka adalah pemeran
yang tak habis mengembara
yang tak habis mengucap kata kata
kemudian kematian datang lagi
terbanglah tinggi jika tak lelah
pergilah jauh jika tak rapuh
kini aku menjadi puisi yang tak hendak bersua
menggedor dan membanting pintu pintu
yang kita masuki satu satu
mencari penyair yang lelah
mencari pengembara kata kata
dan takluk di sana
sebuah dunia yang asing untuk di lakoni
membezuk diri
melayat diri sendiri
dalam keacuhan tanpa syak wasangka
tumbuhkan itu di sayap sayapku
seseorang yang tergesa dari tidur
tenggelam dan berjalan dalam murung kata
desember 2008
Selasa, 05 Agustus 2008
Langganan:
Postingan (Atom)