Rabu, 21 Januari 2009

sebuah sajak dengan perumpamaanperumpamaan yang buruk

sajak bukanlah pertobatan
maka kukecup kejalangannya syahdu
tapi dengan degup yang terus menagih dan meminta
maka kupaksa dia menjadi kekasih liar ku
dia makin binal dan membuat beberapa perumpaan untukmu

perumpamaan pertama
lelaki yang ingin mati tidak perlu bantal

bahkan untuk menyebutkan kata itu
kesentimentilan hanya akan melucuti wajahnya menjadi pelawak
yang tak bisa membuat tertawa penontonnya
atau kau ingin meratapi kisahkisahmu
dan meledek kecengengankecengengan sebelumnya
barut wajahmu dengan parut
sisakan gumpalan merah itu mengalir sendiri
untuk menuliskan sajak sesuai versinya


perumpamaan kedua
lelaki yang ingin bertani dan bercocok tanam

tapi lebih mudah memanen sawah orang lain
dengan sedikit kepalsuan yang dibuatbuat
akan tetap kelihatan tidak senonoh sekali

atau kita menanam kacang tanah dengan sedikit gemetar
untuk mengatakan “kita tidak pernah kehilangan kulitnya”

tapi tanah di kotamu telah mengandung racun
membunuh semua yang ada diatasnya
juga membunuh diriku dirimu dan mereka
dalam segala ketakacuhan ini

kemudian ia ingin membuat ladang berpindah
dan membakar hutan di kepalamu sampai kau merintihrintih
membayangkan pohonpohon yang berjajaran itu tumbang satusatu


perumpamaan ketiga
lelaki yang menunggang kuda

tepat ketika senja ketika ia ingin menghapus kenangan
dengan sinar matahari yang cemberut
ia akan menyangkal semua perkataanperkataan manis di masa lalu
pelan menghilang dalam sisa bayangan yang makin mengecil
dari sebuah televisi republik indonesia dan berusaha tampil di mtv



perumpamaan keempat
lelaki yang ingin mendengarkan masih cinta nya kotak

dan ia tak beranjak dari tempat duduknya seharian
dengan lagu yang terus berulangulang dari youtube
memandang kosong monitor
berharap kekasihnya online duapuluhempat jam di bulan januari
tapi ia sempat ragu ketika wifi ditempatnya berulangkali mati



perumpamaan kelima
harus ku apakan sajak yang terus memburu ini

aku hanya terdiam di depan makam pahlawan
memandang sudirman dengan cemas dan mempertanyakan tatapannya
sudah pantaskah menjadi perumpamaan kelima?


untuk menghindari perumpamaanperumpamaan yang lebih buruk
ada baiknya keluhkesahmu tentang kebosananmu membaca sajaksajak ku
akan kujadikan penutup

Tidak ada komentar: