balingbaling itu mencacah waktu
kau yang koyak akan diam dalam tamasya penantian tak tentu
pada tiuptiupan angin yang tercipta menerpa wajah
menempel lembut seperti jiwa diluar dirinya
adakah kau adakah aku adakah semua itu
dalam semua koordinat kita senantiasa terluka mencoba menguraikan kalimat
yang selalu asing dan menepinepi
atau kocokan angin dalam balingbaling semesta ternyata wujudmu
seseorang yang hadir dalam rasa yang menjamah
putaranputaran waktu
lalu berharap kabar seseorang yang datang dengan keluh yang tertahan
dimasa depan atau masa lalu mu
atau kita hanya sebuah ruangan kosong dan bising oleh kipas angin
dan kita mengira kita telah menghasilkan sesuatu
dan kita sedang bosanbosannya mencemaskan seseorang yang terlalu banyak bicara
dan kita masih tertawa seperti kanakkanak
dan waktu menghajarnya dengan telaten
dan aku kini mencemaskan kesehatanku
Sabtu, 24 Januari 2009
Rabu, 21 Januari 2009
sebuah sajak dengan perumpamaanperumpamaan yang buruk
sajak bukanlah pertobatan
maka kukecup kejalangannya syahdu
tapi dengan degup yang terus menagih dan meminta
maka kupaksa dia menjadi kekasih liar ku
dia makin binal dan membuat beberapa perumpaan untukmu
perumpamaan pertama
perumpamaan kedua
perumpamaan ketiga
perumpamaan keempat
perumpamaan kelima
untuk menghindari perumpamaanperumpamaan yang lebih buruk
ada baiknya keluhkesahmu tentang kebosananmu membaca sajaksajak ku
akan kujadikan penutup
maka kukecup kejalangannya syahdu
tapi dengan degup yang terus menagih dan meminta
maka kupaksa dia menjadi kekasih liar ku
dia makin binal dan membuat beberapa perumpaan untukmu
perumpamaan pertama
lelaki yang ingin mati tidak perlu bantal
bahkan untuk menyebutkan kata itu
kesentimentilan hanya akan melucuti wajahnya menjadi pelawak
yang tak bisa membuat tertawa penontonnya
atau kau ingin meratapi kisahkisahmu
dan meledek kecengengankecengengan sebelumnya
barut wajahmu dengan parut
sisakan gumpalan merah itu mengalir sendiri
untuk menuliskan sajak sesuai versinya
perumpamaan kedua
lelaki yang ingin bertani dan bercocok tanam
tapi lebih mudah memanen sawah orang lain
dengan sedikit kepalsuan yang dibuatbuat
akan tetap kelihatan tidak senonoh sekali
atau kita menanam kacang tanah dengan sedikit gemetar
untuk mengatakan “kita tidak pernah kehilangan kulitnya”
tapi tanah di kotamu telah mengandung racun
membunuh semua yang ada diatasnya
juga membunuh diriku dirimu dan mereka
dalam segala ketakacuhan ini
kemudian ia ingin membuat ladang berpindah
dan membakar hutan di kepalamu sampai kau merintihrintih
membayangkan pohonpohon yang berjajaran itu tumbang satusatu
perumpamaan ketiga
lelaki yang menunggang kuda
tepat ketika senja ketika ia ingin menghapus kenangan
dengan sinar matahari yang cemberut
ia akan menyangkal semua perkataanperkataan manis di masa lalu
pelan menghilang dalam sisa bayangan yang makin mengecil
dari sebuah televisi republik indonesia dan berusaha tampil di mtv
perumpamaan keempat
lelaki yang ingin mendengarkan masih cinta nya kotak
dan ia tak beranjak dari tempat duduknya seharian
dengan lagu yang terus berulangulang dari youtube
memandang kosong monitor
berharap kekasihnya online duapuluhempat jam di bulan januari
tapi ia sempat ragu ketika wifi ditempatnya berulangkali mati
perumpamaan kelima
harus ku apakan sajak yang terus memburu ini
aku hanya terdiam di depan makam pahlawan
memandang sudirman dengan cemas dan mempertanyakan tatapannya
sudah pantaskah menjadi perumpamaan kelima?
untuk menghindari perumpamaanperumpamaan yang lebih buruk
ada baiknya keluhkesahmu tentang kebosananmu membaca sajaksajak ku
akan kujadikan penutup
Selasa, 20 Januari 2009
lima lembar sajak yang mungkin tidak ingin kau baca
ia ingin menulis sajak yang sederhana dan remeh
seperti percakapan antara aku dan dia
tapi diamdiam mereka bersiasat merencanakan sebuah kitab
tentang tuntunan bagi mereka yang ingin membenci melupakan sajaksajak
dan membunuh para penyair nya
lembar pertama
lembar kedua
lembar ketiga (dan ini tentang mu)
lembar keempat
lembar kelima
seperti percakapan antara aku dan dia
tapi diamdiam mereka bersiasat merencanakan sebuah kitab
tentang tuntunan bagi mereka yang ingin membenci melupakan sajaksajak
dan membunuh para penyair nya
lembar pertama
sudah terlalu banyak sajak tentang hujan maka coret sajak itu dari daftar keinginan sajakmu
hujan sudah membasahi kertaskertas kosong itu
akan kau tulis sesuatu tentangnya?
yang ringan menamparnampar membuat ringan perasaanmu
please understand
jangan tololtolol amat
lembar kedua
kesepian bila di tulis akan menjadi sajak yang absurd
dapatkah kau menangkap bayangan sepi yang hadir tibatiba
dan menyergapmu di malammalam birahi
tapi kau malah tertawa melihatnya yang mengangkang raguragu dan pasrah
mengingatkanmu tentang tuhan yang tak dapat menahan tawa dan kemudian batukbatuk
lembar ketiga (dan ini tentang mu)
ambisi yang berlebihan hanya akan mengundang tawa
seperti badut yang tanpa penonton dia akan merasa sangat pedih
anakanak yang mengintipnya itu tak bisa menahan tawa
ketika badut itu berusaha menghibur dirinya sendiri
merobek dan memakan topeng badutnya
lembar keempat
kematian terlalu asing hanya akan membuat kita terlihat sebagai penipu
di hari kematian mu kemarin
kau kelihatan lusuh
ku dengar bisikbisik orangorang yang memandikanmu
“ternyata anunya kecil sekali tak sesuai dengan koarkoarnya”
lembar kelima
kebecusan seseorang tergantung kepantasan dirinya
dan dia sama sekali tidak pantas di sebut penyair!
Kamis, 15 Januari 2009
membaca fabel di wajahmu ii
ia merasa ada ular yang melintas cepat diantara kesadarannya
bolakbalik antara kemurungan dan keceriaan selalu mengendapendap
janganjangan ia mengincar sesuatu dari mu mungkin kicauan itu
burungburung yang kau ganggu sarangnya yang kau ambil anakanaknya yang bercericit dan kau taruh dalam sangkar yang akan kau pandangi semalaman dan seperti biasa ketika pagi burungburung itu hilang menjadi pertanyaanmu kemana mereka pergi padahal sangkar selalu terkunci tak mungkin burungburung kecil itu bisa terbang sangkamu mereka sembunyi di relungrelung dirimu ketika kau sedang tidur berjingkat diamdiam dan berkicau ketika kau akan bangun tapi ia tak mendengar kicauan burungburung itu lagi ia curiga janganjangan ular itu yang memakannya kemudian tidur berbulanbulan
ia kini menatap wajahmu lama dan setiap lekuk itu ditelusurinya tekun ia mengira masih bisa menemukan jejak ular itu membaui aroma wajahmu seperti pemburu yang ulung dengan pisau terhunus dan berharap kau bisa terus berjaga
bolakbalik antara kemurungan dan keceriaan selalu mengendapendap
janganjangan ia mengincar sesuatu dari mu mungkin kicauan itu
burungburung yang kau ganggu sarangnya yang kau ambil anakanaknya yang bercericit dan kau taruh dalam sangkar yang akan kau pandangi semalaman dan seperti biasa ketika pagi burungburung itu hilang menjadi pertanyaanmu kemana mereka pergi padahal sangkar selalu terkunci tak mungkin burungburung kecil itu bisa terbang sangkamu mereka sembunyi di relungrelung dirimu ketika kau sedang tidur berjingkat diamdiam dan berkicau ketika kau akan bangun tapi ia tak mendengar kicauan burungburung itu lagi ia curiga janganjangan ular itu yang memakannya kemudian tidur berbulanbulan
ia kini menatap wajahmu lama dan setiap lekuk itu ditelusurinya tekun ia mengira masih bisa menemukan jejak ular itu membaui aroma wajahmu seperti pemburu yang ulung dengan pisau terhunus dan berharap kau bisa terus berjaga
Selasa, 13 Januari 2009
seseorang yang menyusun malam
malam bukanlah tekateki yang harus kau tuntaskan
ia mungkin hanya tamu yang sekedar berkunjung untuk menyapa kecerewetanmu menghardik sepisepimu atau hanya sekedar menepuk ringan pundakmu dengan desisnya “dewasalah”
hey tengoklah jam masih menunjukkan waktu kita masih dapat menyelam disana merancang masa depan atau menatap masa lalu dengan sendu seperti kemarin berbincang tentang malam yang menggugurkan kenangankenangan atau membiarkan hatimu lepas berkeliaran bagai kudakuda liar tanpa penunggang dan aku masih menanti dengan berdebar juga tanya yang tak hentihenti ingin menyapamu lalu kita percakapkan tentang sepi yang berkerumun
malam mungkin kau tandai dengan dentang tiang listrik yang dipukul tetanggamu aku membayangkanmu menggapaigapai berkerashati menyusun serpihserpihnya lalu kau tandai murung yang berkerumun itu satusatu dengan hitungan ganjil yang membuatmu selalu menduga: akulah penggenap itu hati yang selalu terpenjara seseorang yang usil dengan tanya yang tak jemujemu seseorang yang memujamuja katakata ada kau dengar itu degupdadanya lirih anak yang kehilangan masa lalunya mengharapkan dapat menjumpaimu di malammalam ketika kau susun katakata mengharapkan menemukan rahasia dirimu dan mencemooh tak henti sampai subuh
ia berangkat tidur ketika ia merasa sangat bosan dengan hidup
ia mungkin hanya tamu yang sekedar berkunjung untuk menyapa kecerewetanmu menghardik sepisepimu atau hanya sekedar menepuk ringan pundakmu dengan desisnya “dewasalah”
hey tengoklah jam masih menunjukkan waktu kita masih dapat menyelam disana merancang masa depan atau menatap masa lalu dengan sendu seperti kemarin berbincang tentang malam yang menggugurkan kenangankenangan atau membiarkan hatimu lepas berkeliaran bagai kudakuda liar tanpa penunggang dan aku masih menanti dengan berdebar juga tanya yang tak hentihenti ingin menyapamu lalu kita percakapkan tentang sepi yang berkerumun
malam mungkin kau tandai dengan dentang tiang listrik yang dipukul tetanggamu aku membayangkanmu menggapaigapai berkerashati menyusun serpihserpihnya lalu kau tandai murung yang berkerumun itu satusatu dengan hitungan ganjil yang membuatmu selalu menduga: akulah penggenap itu hati yang selalu terpenjara seseorang yang usil dengan tanya yang tak jemujemu seseorang yang memujamuja katakata ada kau dengar itu degupdadanya lirih anak yang kehilangan masa lalunya mengharapkan dapat menjumpaimu di malammalam ketika kau susun katakata mengharapkan menemukan rahasia dirimu dan mencemooh tak henti sampai subuh
ia berangkat tidur ketika ia merasa sangat bosan dengan hidup
Jumat, 09 Januari 2009
sebuah dunia ketika mulutmulut menjadi penghuninya

mereka berkatakata dengan mulut
mereka bertengkar dengan mulut
mereka saling pukul dengan mulut
tapi aku ingin mencintaimu
ingin berpagut denganmu
ingin berkelamin denganmu
mencium mulutmu dengan serampangan dan tak putusputus
sampai mulutkumulutmu takbersuara kecuali degupandegupan halus berdenyar
sampai mulutmulut itu memisahkan kita
dan aku akan sangat sedih kemudian berjalan sendiri agak sempoyongan (mungkin)
dengan bayangan mulutku yang mulai menua dan mengeriput sedih
berbicara apa saja kecuali tentang cinta sambil sesekali mengutuk dirimu
mulut yang tak pernah menepati janji
Kamis, 08 Januari 2009
sajak cinta yang ditulis dengan kecewa
(kemungkinan sajak pertama)
menatap bendera yang berkelebatan di udara ada sedikit rasa menjalar semacam ngilu yang aneh
aku membayangkan kekasihku yang lelap dan ia ingin bersarang di dadamu
dengan degup dengan aransemen baru
hiduplah adik hiduplah manis hiduplah berahi untuk betina liarku
ia percaya sepenuhnya perempuan gembur yang berkibarkibar melagukan indonesia raya
dengan gagah dalam mimpi adalah kekasihnya
hiduplah tanahku hiduplah negeriku hiduplah segala kecengengankecengengan di tubuh jalangmu
maka kekasih ku maestoso con bravura aku mencintaimu dengan segenap cemooh segala dunia
tapi yakinlah untuk seorang yang kecewa aku tetap menyerunyeru
suburlah tanahnya suburlah jiwanya suburlah rahimnya
(kemungkinan sajak kedua)
ia tidak ingin dikenang sebagai lelaki yang pencemburu dengan pandangan mata yang berkabut
selalu ada unggas yang melintas di sana
selalu ada binatangbinatang purba dari palung samudra
mengamuk dihati berpancaran dari sudutsudut sunyinya
dan diamdiam ia menyimpan dendam yang ingin dituntaskan
(kemungkinan sajak ketiga)
ia lelah dan ingin mengutil lirik orang lain saja semacam ini:
“kamu dimana? dengan siapa? semalam berbuat apa?”
katakata tersebut dengan telak telah mewakili dirinya
dan ia merasa sangat kangen (band) sekali padamu
(kemungkinan sajak keempat)
ia tidak ingin melakukan apaapa
ia ingin menarik semua katakata yang pernah diucapnya
ia ingin mencoret semua katakata yang pernah ditulisnya
dalam sepi
ia hanya ingin sekali saja mencemooh dirinya dengan perasaan yang getir dan sedikit pilu
(kemungkinan sajak kelima)
kau sajalah yang menulis perasaanperasaan cengeng ini selanjutnya dan aku akan diam
menatap bendera yang berkelebatan di udara ada sedikit rasa menjalar semacam ngilu yang aneh
aku membayangkan kekasihku yang lelap dan ia ingin bersarang di dadamu
dengan degup dengan aransemen baru
hiduplah adik hiduplah manis hiduplah berahi untuk betina liarku
ia percaya sepenuhnya perempuan gembur yang berkibarkibar melagukan indonesia raya
dengan gagah dalam mimpi adalah kekasihnya
hiduplah tanahku hiduplah negeriku hiduplah segala kecengengankecengengan di tubuh jalangmu
maka kekasih ku maestoso con bravura aku mencintaimu dengan segenap cemooh segala dunia
tapi yakinlah untuk seorang yang kecewa aku tetap menyerunyeru
suburlah tanahnya suburlah jiwanya suburlah rahimnya
(kemungkinan sajak kedua)
ia tidak ingin dikenang sebagai lelaki yang pencemburu dengan pandangan mata yang berkabut
selalu ada unggas yang melintas di sana
selalu ada binatangbinatang purba dari palung samudra
mengamuk dihati berpancaran dari sudutsudut sunyinya
dan diamdiam ia menyimpan dendam yang ingin dituntaskan
(kemungkinan sajak ketiga)
ia lelah dan ingin mengutil lirik orang lain saja semacam ini:
“kamu dimana? dengan siapa? semalam berbuat apa?”
katakata tersebut dengan telak telah mewakili dirinya
dan ia merasa sangat kangen (band) sekali padamu
(kemungkinan sajak keempat)
ia tidak ingin melakukan apaapa
ia ingin menarik semua katakata yang pernah diucapnya
ia ingin mencoret semua katakata yang pernah ditulisnya
dalam sepi
ia hanya ingin sekali saja mencemooh dirinya dengan perasaan yang getir dan sedikit pilu
(kemungkinan sajak kelima)
kau sajalah yang menulis perasaanperasaan cengeng ini selanjutnya dan aku akan diam
Senin, 05 Januari 2009
mimpimimpi asing

akulah perempuan jalang yang tercemar karena menyesapnyesap payudara malam dari ibu hitamku
akulah kijang yang terpanah dengan tatap mata sendu dari wajahku
akulah pesakitan itu atas rencanarencana jahat dan sandiwara
akulah potret lama kesepian itu : frida
dalam perjumpaan ini engkau akan membawa bagian diriku diamdiam ke sebuah pojok benua di sebuah titik kecil dunia ketiga pancangkanlah diriku kuatkuat kebumi menembus lapislapis tanah mencoba untuk berakar kuatkuat kau boleh menyusur uraturat darahku dan berkecambah berbareng dengan aliran makanan berbincang dengan bahasa darah apakah kau tak pernah mabuk kekasihku untuk tumbuh dan memucat kini aku kurang darah sembilan anak panah menancap di punggung leher dan bahuku akulah kijang kecil yang terisak engkaulah maha pemburu dari kembarankembaranku pohonpohon yang berjajar rapat mematahkan ranting untuk menghalaumu dalam kenangan bocah tentang bajubaju menyembunyikan dan membangun cinta dari rongsok tubuhtubuh juga aroma dewadewa durhaka ketika langit hitam dan ia masih menyesapnyesap susu pengasuhnya ibu dari para peri yang dikutuk maka diego biarkan aku menangis atau merintih atau merajuk atau bunuhlah aku lalu kemarilah dan peluk diriku engkau masih bayiku yang kesepian dan kursi roda ini mungkin untukmu ayo rayakan sebab ranjang hanya untuk mereka yang kesepian tempat kita mengenang aroma kematian kelahiran dalam siputsiput yang berjalan dari bayangan sebuah kota yang mulai tumbuh aku persembahkan potret diri ini untukmu potret ibu pelindung dengan payudara yang retak
Jumat, 02 Januari 2009
cerita ibu tentang katak yang hendak jadi lembu
baginya fabel hanyalah cerita tentang binatang tapi bagi ibu fabel adalah cerita tentang mu
ibu dongengi aku dan sahabatku tentang binatangbinatang karena kau dulu amat akrab dengan mereka ia adalah tetangga lama yang tak kita undang makan malam mereka adalah temanteman lama yang terlupakan dan kita tak lagi mengenal wajahwajah mereka atau janganjangan ia telah menjelma sebagian dari kita menjelma diriku atau dirimu
ceritakan padaku tentang katak yang hendak jadi lembu dan peragakan betapa lucu dirimu menggembungkan perut atau kalau kau ingin variasi ceritakan padaku tentang lembu yang hendak jadi katak dan monyongkan mulutmu sambil bersuara seperti katak
lakukan itu berulangulang persis seperti kau lakukan waktu aku kecil dulu
tapi ibu malah mengacuhkan ku
“kau sudah besar dan makin mirip katak yang pintar berkoar memilin kata, mainkan katakatamu sendiri” ujarnya
ibu pun menarikan katakata yang sempat dibeli dari penjaja keliling dengan sendu
duh tarian ibu membuatku ingin membikin semilyar puisi dari wajahku sendiri
cermin itu tak menampakkan wajah pucat kurang darahmu
ada pesohorpesohor tegak menghadang disana dan kau tak mampu membunuhnya
ia bertengger mesra di wajahmu : penyair yang layu dan berduka merundukrunduk memungut dan mengutil gaya dan ia berteriak lantang menantang para dewa
mungkin kau katak yang hendak jadi lembu itu
mungkin kau lembu yang hendak jadi katak itu
menggerogoti kitabkitab puisi hanya dalam janji ingin tegak berdiri
penyair itu telah dewasa di fisiknya tetapi di hatinya ia selalu teringat cerita katak yang hendak jadi lembu atau variasinya lembu yang hendak jadi katak dan dikutuk ibu menjadi salahsatunya
ibu dongengi aku dan sahabatku tentang binatangbinatang karena kau dulu amat akrab dengan mereka ia adalah tetangga lama yang tak kita undang makan malam mereka adalah temanteman lama yang terlupakan dan kita tak lagi mengenal wajahwajah mereka atau janganjangan ia telah menjelma sebagian dari kita menjelma diriku atau dirimu
ceritakan padaku tentang katak yang hendak jadi lembu dan peragakan betapa lucu dirimu menggembungkan perut atau kalau kau ingin variasi ceritakan padaku tentang lembu yang hendak jadi katak dan monyongkan mulutmu sambil bersuara seperti katak
lakukan itu berulangulang persis seperti kau lakukan waktu aku kecil dulu
tapi ibu malah mengacuhkan ku
“kau sudah besar dan makin mirip katak yang pintar berkoar memilin kata, mainkan katakatamu sendiri” ujarnya
ibu pun menarikan katakata yang sempat dibeli dari penjaja keliling dengan sendu
duh tarian ibu membuatku ingin membikin semilyar puisi dari wajahku sendiri
cermin itu tak menampakkan wajah pucat kurang darahmu
ada pesohorpesohor tegak menghadang disana dan kau tak mampu membunuhnya
ia bertengger mesra di wajahmu : penyair yang layu dan berduka merundukrunduk memungut dan mengutil gaya dan ia berteriak lantang menantang para dewa
mungkin kau katak yang hendak jadi lembu itu
mungkin kau lembu yang hendak jadi katak itu
menggerogoti kitabkitab puisi hanya dalam janji ingin tegak berdiri
penyair itu telah dewasa di fisiknya tetapi di hatinya ia selalu teringat cerita katak yang hendak jadi lembu atau variasinya lembu yang hendak jadi katak dan dikutuk ibu menjadi salahsatunya
Langganan:
Postingan (Atom)