Selasa, 17 Februari 2009

tentang lelaki yang cengeng itu

ia ingin berjalan sendiri hanya sendiri sambil menghitung langkahlangkahnya
abai pada sepi yang terus saja menguntitnya pelanpelan
dengan sajak cinta di kepala yang bergaung semakin kencang
membuatnya sedikit berang dan ingin membius senja yang selalu mengejeknya
memasukkannya ke pigura meletakkan di samping foto dirinya yang kelihatan tawar
agar kamarnya terlihat lebih berwarna
mengunci pintu membiarkan senja sangat jenuh dan tersiksa sepisepi
yang berulangkali menengok di kamarnya

ia kemudian ingin berjalan lagi sendiri seperti harihari sebelumnya
dengan kerinduan yang semakin parah
seperti refrain sebuah lagu pop paling cengeng ia ingin juga menyerah
ia akan berhenti ketika semuanya terasa sangat melelahkan
mempertimbangkan untuk menelpon seseorang
mengatakan semacam kalimat “aku cinta padamu nik”
sambil mengutuk kerinduankerinduannya yang teramat cengeng
sambil mengutuk sekalilagi pada seseorang yang kini amat dirindukannya

aku merindukanmu seperti titiktitik hujan jatuh memeluk tanah
aku merindukanmu seperti bendabenda yang tertarik gravitasi bumi
tapi aku lebih merindukanmu tidak seperti apa yang ada di dunia, itu tidak mencukupi


kemudian ia kembali berjalan sendiri sambil sesekali mengenang kisahkisahnya
mengutuk bulan februari sambil menggumamkan sajak cinta paling memelas

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kembali mengunjungi mu, sobat
semga dalam keadaan sehat
salam & senyum hangat

Anonim mengatakan...

Syair-syair yang menarik.

Salam kenal sahabat.